Memang benar adakalanya ibu bapa terlalu mengikut perasaan ketika ingin menghukum anak yang melakukan kesalahan. Namun, kanak-kanak sebagaimana diketahui, fitrahnya memang ingin menerokai dunia yang baharu dikenalinya. Mereka masih naif; tidak tahu perbuatan itu salah atau tidak.
Kita sebagai orang tua lah bertanggungjawab untuk mengajar, mendidik dan memperbetulkan kesalahan anak. Namun walaupun kita mempunyai ‘kuasa’ mengajar, namun jangan pula cara menghukum melanggar batas-batas kemanusiaan. Islam ada menggariskan cara menghukum anak, untuk memberi pengajaran kepada mereka.
Cara menghukum anak yang dilarang Rasulullah
Memukul wajah
Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.” Maka itu dilarang bagi setiap orang tua memukul wajah anaknya.
Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah SAW, kerana hal itu akan menyebabkan trauma bagi anak.
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul anakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut kerana kemarahan (yang sangat).
Ketika pemilik suara itu mendekatiku, maka ternyata dia adalah Rasulullah SAW, dan baginda berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyeksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini”
Bersikap terlalu keras dan kasar
Melontarkan kata-kata keras dan kasar sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”
Menampakkan kemarahan yang sangat
Rasulullah SAW bersabda “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergelut (berkelahi), tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.“ Untuk itu orang tua harus bersabar menghadapi anak.
Ada 2 cara bagaimana orang tua dapat menegur anaknya, tanpa melakukan kekerasan atau menumpahkan amarahnya.
Pertama: Teguran dengan nasihat yang baik
Cara ini sering dipraktikkan oleh Rasulullah SAW misalnya ketika baginda melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi makanan, maka baginda SAW bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“
Serta dalam hadis yang terkenal, Rasulullah SAW bersabda kepada anak saudara baginda, Abdullah bin ‘Abbas r.a, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah batasan-batasan atau syariat Allah, maka Dia akan menjagamu, jagalah batasan-batasan atau syariat Allah, maka kamu akan mendapatiNya di hadapanmu.”
Kedua: Menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah
Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela dan hanya sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut.
Rasulullah SAW menganjurkan ini dalam sabda baginda SAW, “Gantungkanlah rotan (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, kerana itu merupakan pendidikan bagi mereka.”
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI