Melentur bulu biarlah dari rebungnya. Jika mahu mendidik anak-anak, didiklah ketika masih kecil lagi. Cara didikan ibu bapa berlainan. Setiap ibu bapa punya cara tersendiri untuk mendidik anak-anak.
Bagi Ameera Zaini atau pemilik nama sebenar, Nor Ameera Zaini cara dia mendidik anaknya dilakukan secara bersahaja.
Putera sulungnya, Mateen tidak terlalu didedahkan dengan gajet. Hal ini kerana Ameera lebih gemar anaknya itu menikmati zaman kecil secara natural. Walaupun Mateen masih kecil, Ameera telah mula mengajar Mateen untuk membaca surah-surah pendek.
https://www.instagram.com/p/BmNqccgA5Bx/?utm_source=ig_web_copy_link
Tidak terlalu ‘memaksa’ Mateen untuk belajar namun Ameera mengambil pendekatan mendidik secara santai. Lihat sahaja cara Ameera mengajar Mateen membaca surah lazim, dalam Mateen bermain-main, sempat juga Ameera mengajar Mateen.
Walau pun Mateen membaca hujung-hujung surah namun ia satu perkembangan yang membanggakan bila dalam usia 18 bulan, Mateen sudah boleh mengingati bait-bait ayat lazim.
Kurang mendedahkan Mateen dengan gajet, Ameera lebih banyak menggalakkan Mateen bereksperimen dengan aktiviti mewarna.
https://www.instagram.com/p/Blx3rLCA1wq/?utm_source=ig_web_copy_link
Ramai yang memuji cara Ameera mendidik Mateen termasuklah Fara Hanim Razak yang mempunyai anak kembar.
TIP UNTUK MENGAJAR ANAK KECIL MENGINGATI SURAH LAZIM:
1.Bacakan setiap hari kepada anak-anak. Otak anak-anak kecil adalah seperti span yang mudah menyerap. Ulang dan ulang setiap hari. Dengan cara ini anak-anak akan mudah mengingati.
2.Jangan paksa jika anak tidak mahu. Ajar bila mood anak berada dalam keadaan baik.
3.Berikan penghargaan kepada anak-anak apabila mereka berjaya mengingat sesuatu ayat misalnya. Dengan cara ini anak-anak akan rasa lebih seronok untuk belajar.
Sumber: Instagram Ameera Zaini
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
Beruntungnya Wanita, Kedudukanmu Amat Dimuliakan Di sisi Islam
Agama Islam sebenarnya telah memberikan wanita satu kedudukan yang paling mulia berbanding bangsa atau agama lain. Hakikat ini boleh dilihat menerusi surah An-Nisa’ yang terkandung di dalam al-Quran. Berbanding surah-surah lain, surah ini lebih banyak menyebut tentang hukum hakam yang berkaitan tentang wanita. Bahkan terlalu banyak bukti yang dapat mengukuhkan kenyataan ini.
Inginkan penjelasan lanjut? Beberapa ayat yang terkandung di dalam surah ini ada jawapannya.
1. Wanita diciptakan dari tulang rusuk lelaki
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu. Dia menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (Surah An-Nisa`: 1)
Dalam ayat ini dinyatakan bahawa daripada jiwa yang satu, Allah SWT menciptakan pasangannya. Qatadah dan Mujahid mengatakan bahawa yang dimaksud jiwa yang satu adalah Nabi Adam. Sedangkan pasangannya adalah Hawa. Qatadah mengatakan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. (Tafsir Ath-Thabari, 3/565, 566)
Dalam hadis sahih pula menyebut: “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bahagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Apabila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau boleh bersenang- senang namun padanya ada kebengkokan.” (Riwayat Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)
2. Hak perempuan yatim dipelihara
Allah SWT berfirman: “Dan jika kalian khuatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bila mana kalian menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita lain yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kalian khuatir tidak dapat berlaku adil maka nikahilah seorang wanita sahaja atau budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk kalian dan tidak berlaku aniaya.” (Surah An-Nisa`: 3)
Urwah bin Az-Zubair pernah bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah SWT: maka Aisyah menjawab, “Wahai anak saudariku. Perempuan yatim tersebut berada dalam asuhan walinya yang turut bersyarikat dalam harta walinya, dan pihak wali ini ternyata tertarik dengan kecantikan anak yatim kerana berikut hartanya. Maka wali ingin menikahinya tanpa berlaku adil dalam pemberian mahar sebagaimana mahar yang diberikannya kepada wanita lain yang ingin dinikahinya. Para wali pun dilarang menikahi perempuan-perempuan yatim kecuali jika mereka mahu berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim serta memberinya mahar yang sesuai dengan yang biasa diberikan kepada wanita lain. Para wali kemudian diperintah untuk menikahi wanita-wanita lain yang mereka senangi.”
3. Cukup berkahwin seorang wanita sahaja jika khuatir tidak dapat berlaku adil
Allah SWT telah berfirman: “Kemudian jika kalian khuatir tidak dapat berlaku adil maka nikahilah seorang wanita sahaja atau budak-budak perempuan yang kalian miliki.” (Surah An-Nisa`: 3)
Apa yang dimaksudkan dengan adil di sini adalah perkara-perkara lahiriah seperti adil dalam pemberian nafkah, tempat tinggal, dan giliran. Walau bagaimanapun, perkara-perkara batin seperti rasa cinta dan kecenderungan hati tidaklah dituntut untuk adil kerana ia berada di luar kesanggupan seorang hamba.
Dalam al-Quran ada dinyatakan:
“Dan kalian sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri kalian, walaupun kalian sangat ingin berbuat demikian. Kerana itu janganlah kalian terlalu cenderung kepada isteri yang kalian cintai sehingga kalian biarkan yang lain telantar.”(An-Nisa`: 129)
Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan ketika mentafsirkan ayat di atas, “Kalian tidak akan mampu untuk berlaku adil di antara isteri-isteri kalian dari segala sisi. Walaupun kalian berjaya berlaku adil dari segi pembahagian giliran malam. Namun masih lagi wujud perbezaan dalam soal cinta, syahwat, dan jima’. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu ‘Abbas, ‘Abidah As-Salmani, Mujahid, Al-Hasan Al-Bashri, dan Adh-Dhahhak bin Muzahim .”
4. Hak memperoleh mahar dalam pernikahan
Allah SWT telah berfirman:
“Berikanlah mahar kepada wanita-wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebahagian daripada mahar tersebut dengan rela hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik.” (An-Nisa`: 4)
5. Wanita diberikan bagian dari harta warisan
Allah SWT berfirman: “Bagi laki-laki terdapat hak bahagian dari harta peninggalan ayah, ibu dan kerabatnya, dan bagi wanita terdapat hak bahagian dari harta peninggalan ayah, ibu dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (An-Nisa`: 7)
Sementara ketika di zaman jahiliah, hanya lelaki sahaja yang diberikan hak untuk harta pusaka sementara wanita tidak mendapat sebarang bahagian. Malah wanita dianggap sebagai sebahagian daripada barang yang diwarisi sebagaimana dalam ayat:
“Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kalian mewarisi wanita dengan jalan paksa.” (An-Nisa`: 19)
6. Suami diperintah untuk berlaku baik pada isterinya
Allah SWT telah berfirman:
“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para isteri) secara patut.” (An-Nisa`: 19)
Al-Hafizh Ibnu Katsir ketika mentafsirkan ayat di atas menyatakan: “Halusi ucapan kalian terhadap mereka (para isteri) dan perbaiki perbuatan serta penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila dia (isteri) berbuat demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama. Allah SWT berfirman dalam hal ini:
“Dan para isteri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”(Surah Al-Baqarah: 228)
Sementara itu Rasulullah s.a.w sendiri telah bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (isteri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (isteri)ku.”(Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 2/173)
7. Suami tidak boleh membenci isterinya dan perlu melayannya dengan baik sekalipun tidak menyukainya
Allah SWT berfirman: “Kemudian apabila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah kerana mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Surah An-Nisa`: 19).
8. Jika sudah bercerai, tidak boleh meminta kembali mahar yang pernah diberikannya
Allah SWT berfirman: “Dan jika kalian ingin menggantikan isteri kalian dengan isteri yang lain sedang kalian telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kalian mengambil kembali walau sedikit pun dari harta tersebut. Apakah kalian akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata? Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebahagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil daripada kamu perjanjian yang kuat.” (Surah An-Nisa`: 20-21)
9. Termasuk pemuliaan terhadap wanita adalah diharamkan bagi mahram si wanita kerana nasab ataupun kerana penyusuan untuk mengahwininya
Allah SWT berfirman: “Diharamkan atas kalian menikahi ibu-ibu kalian, puteri-puteri kalian, saudara-saudara perempuan kalian, ‘ammah kalian (mak cik/ saudara perempuan ayah), khalah kalian (ibu saudara), puteri-puteri dari saudara laki-laki kalian (anak saudara perempuan), puteri-puteri dari saudara perempuan kalian, ibu-ibu susu kalian, saudara-saudara perempuan kalian sesusuan, ibu mertua kalian, puteri-puteri dari isteri kalian yang berada dalam pemeliharaan kalian dari isteri yang telah kalian campuri. Tetapi jika kalian belum mencampuri istri tersebut (dan sudah berpisah dengan kalian) maka tidak berdosa kalian menikahi puterinya. Diharamkan pula bagi kalian menikahi isteri-isteri anak kandung kalian (menantu)…” (Surah An-Nisa`: 23)
Menerusi ayat ini, Allah SWT telah berfirman yang bermaksud:
“(Diharamkan atas kalian) menghimpunkan dalam pernikahan dua wanita yang bersaudara kecuali apa yang telah terjadi di masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah An-Nisa`: 23)
Ayat ini menetapkan bahawa seorang lelaki tidak boleh menemukan dua wanita yang bersaudara dalam ikatan pernikahan kerana ia boleh mengakibatkan permusuhan dan perpecahan dalam hubungan di antara keduanya.
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
“Abah Pernah Kumpul Makanan Yang Dibuang Dari Hotel, Letak Dalam Tisu Untuk Bagi Kami Berdua”- Imbas Kakak DS Aliff Syukri
Tidak dinafikan kehilangan orang tersayang mendatangkan kesedihan yang mendalam. Apatah lagi jika pemergian itu berlaku sekelip mata atau secara tiba-tiba. Yang pasti melalui saat getir itu membuatkan seseorang sukar untuk melupakan kenangan hidup yang pernah dilalui bersama. Pun begitu orang yang berhadapan dengan saat sedih ini harus reda dan menerima setiap yang berlaku sebagai ujian Allah kepadanya.
Perkongsian kakak usahawan kosmetik terkenal, Datuk Seri Aliff Syukri Kamarzaman, Noor Hayati Kamarzaman bersama arwah bapanya menjentik perasaan netizen. Akui Noor Hayati yang lebih mesra dengan panggilan Yatie, sebelum ini dia jarang berkongsi gambar bersama arwah ayahnya.
Pemergian bapanya benar-benar meruntun jiwa usahawan wanita ini. Ikuti perkongsian Yatie seperti yang tercoret di laman Instagramnya.
Saya jarang letak gambar abah. Tapi hari ni lepas semua selamat dikebumikan, terimbas gambar raya tahun sudahnya. Saya masih x boleh terima abah dah x ada. Saya cuba belajar redha. Abah jumpa dulu arwah Ani.
Alhamdulillah abah berjaya tgk kesemua anak2 nya (anak dgn isteri kini) mandikan beliau. Itulah hajat arwah sebenarnya. Untuk tengok anak-anak dia sekali berkumpul.
Saya sedih. Sebak. Tapi tersangat tersentuh sebab arwah meninggal dalam keadaan tersenyum lebar. Badannya juga tak ada sedikit najis pun. Memandangkan doktor tak sempat buat pembedahan lanjut, badannya elok dari luka.
TAK MAMPU BELI MAKANAN SEDAP-SEDAP
Abah saya orang susah. Jadi guard di hotel. Tak mampu belikan saya dengan adik @aliffsyukriterlajaklaris makanan sedap-sedap. Dia kumpul dari makanan yang dibuang dari hotel. Letak dalam tisu untuk bagi kami berdua setiap kali kami berjumpa. Itu je yang dia mampu bagi selain sedikit duit poket. Saya pernah mogok nak jam tangan. Padahal duit abah ada tu je sampai cukup bulan.
Minta walkman. Abah tolak gaji 6 bulan. Sedikit pun x pernah marah saya sebab arwah teramat penyabar orangnya. Sepanjang saya kenal abah, tak akan keluar dari mulut dia cerita buruk orang lain. Semua orang keliling dia baik katanya.
Jauh sekali meminta saya & adik duit walau sesak macam mana pun. Oh abah, kalaulah keluarga kita seperti keluarga normal yang lain.. kami akan berikan apa sahaja. Tapi Allah lebih hebat mencaturkan hidup kita semua.
https://www.instagram.com/p/BuYKbqbF11R/?utm_source=ig_web_copy_link
https://www.instagram.com/p/BuYxAzYFIn5/?utm_source=ig_web_copy_link
Perkongsian ini mendapat respon daripada netizen. Rata-rata bersimpati dengan Yatie dan mendoakan agar roh ayah mereka ditempatkan di kalangan orang-orang yang beriman.
Sumber kredit: Instagram: yatie_sendayutinggi
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
Menjadi Wanita Yang Terbaik, Apa Ciri Yang Perlu Ada
Jika digabungkan pemahaman Al-Quran dengan penerangan hadith Rasulullah s.a.w. tentang wanita terbaik atau khairun nisa ternyata wanita solehah yang menggembirakan suaminya. Wanita-wanita ini menggembirakan suami mereka melalui kebaikan dan keluhuran akhlak, kecerdasan dan kematangan yang menjadi perhiasan dan citra aslinya dan tidak dibuat-buat atau sebagai lakonan semata-mata.
Ciri kedua wanita solehah yang digariskan dalam ayat ke-34 Surah An-Nisa’ tersebut menyentuh perihal pemeliharaan kehormatan dan kesucian diri seorang wanita bergelar isteri semasa ketiadaan suaminya. Kesetiaan seorang wanita memelihara kehormatan diri mempunyai impak yang besar terhadap keluhuran nasab keturunan manusia yang menjadi salah satu perkara asas yang dilindungi oleh maqasid syariah selain agama, nyawa, akal dan harta. Ketiadaan suami itu bukanlah hanya semasa beliau berpergian keluar dari rumah untuk urusan kerja, perniagaan atau keluar menyertai misi peperangan atau pertempuran.
Dalam konteks semasa, di mana sebahagian besar isteri menjawat pekerjaan sepenuh masa di luar rumah, aspek penjagaan kesucian dan kehormatan itu melingkupi suasana dan masa yang dihabiskan di tempat kerja khususnya sekiranya suami tidak bekerja di tempat yang sama. Namun di akhir ayat yang menjelaskan ciri kesolehan seorang wanita tersebut, Allah SWT menekankan betapa keupayaan untuk seorang wanita mentaati Allah dan suami, serta memelihara kesuciannya adalah bergantung kepada pemeliharaan dan pertolongan Allah SWT semata-mata.
Sekali lagi menggabungkan pengertian ayat ini dengan hadith Rasulullah s.a.w. berkenaan gambaran wanita terbaik, yang dipelihara oleh wanita solehah bukanlah hanya kehormatan dan kesucian maruah diri malahan juga harta benda suami yang menjadi amanah. Wajarlah setiap wanita yang mahu bergelar seorang solehah untuk memohon sepanjang masa, agar Allah SWT memelihara setiap langkah yang diambil dan membantunya melaksanakan tanggungjawab dan peranannya.
Dalam ayat yang sama, selepas diperjelaskan perihal ciri kesolehan seorang wanita, Allah SWT menyentuh pula tentang satu lagi ciri wanita bergelar isteri yang berlawanan dengan sifat baik seorang solehah, yang perlu dikendalikan dan ditangani oleh para suami sebijak mungkin dengan langkah-langkah yang digaris oleh Allah SWT. Mafhum sebahagian lagi ayat ke 34, Surah An-Nisa’ :
`…Wanita yang kamu khuatiri akan `nusyuz’, hendaklah kamu berikan nasihat kepadanya, tinggalkan mereka di tempat tidur dan (jika perlu) pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak memudaratkan atas tujuan mendidik). Tetapi jika mereka mentaati, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi, Maha Besar.’
Semua wanita yang mahu mendapatkan gelaran solehah perlu juga mengetahui apakah pula yang dimaksudkan Allah SWT mengenai ciri-ciri ke`nusyuz’an seorang wanita sebagaimana yang dinyatakan di dalam ayat ini. Sekali lagi merujuk kepada kitab Fi Zilalil Quran karangan Syd Qutb, perkataan `nusyuz’ dikatakan berasal dari kata akar `nasyazat’ yang bermakna `berdiri di tempat yang tinggi’.
Bolehlah disimpulkan wanita yang nusyuz adalah mereka yang bersifat degil, meninggikan diri, sombong, bongkak dan bertindak merendah-rendahkan usaha orang lain khususnya suaminya. Sifat ini jelas bertentangan dengan ciri-ciri solehah yang lebih menekankan tentang `kepatuhan’ atau `ketundukan’ yang sengaja rela diberikan tanpa paksaan dan kekerasan.
Sesungguhnya tiada manusia yang sempurna kejadiannya. Sebagai seorang insan biasa kita tidak terkecuali daripada membuat kesilapan. Mungkin kita bukan yang terbaik tetapi kita boleh membentuk diri kita menjadi yang lebih baik. Bersamalah kita bergerak ke arah itu.
Sumber: Dr Harlina Haji Siraj
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI