Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini.
Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan.
Insan yang menyedari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.
Mukmin Sejati Itu Dermawan
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah.
Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati.
Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)
Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Ads
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus.
Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat.
Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.
Oleh kerana itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama.
Iaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.
Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan
Ads
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya.
Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)
Ads
2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain.
Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.
Nampaknya musim haji tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu hampir 2.5 juta jemaah seluruh dunia berkumpul untuk menunaikan Rukun Islam kelima ini.
Tetapi nampaknya tahun ini hanya kira-kira 1,000 jemaah saja yang terpilih menjadi tetamu Allah.
Memetik portal berita Arabnews.com, mereka bukan sahaja dikuarantin sebelum menunaikan haji sahaja.
Sebaliknya, proses sama juga akan dilakukan sebaik sahaja menyempurnakan Rukun Islam ke-5 itu.
Namun begitu, pergerakan sangat ketat kerajaan Arab Saudi dalam memantau pergerakan jemaah haji tahun ini.
Mereka akan dibekalkan satu gelang untuk mengesan lokasi setiap jemaah sebelum pergi haji lagi bagi memastikan mereka mengikut SOP ditetapkan.
Hal ini dikongsi oleh seorang penuntut di Universiti Islam Madinah, Muhammmad Uwais Mohd Rosli yang menetap di Madinah di laman sosial Facebook Madinah Di Hatiku
Ikuti perkongsiannya
Nampak bersungguh betul kerajaan Arab Saudi untuk menjaga & mengawal penularan wabak Covid-19 semasa perlaksanaan Haji pada tahun ini.
Tak cukup dengan “aku-janji” untuk kekal kuarantin di rumah, doktor sendiri datang bersama pasukannya ke rumah setiap jemaah Haji kali ini.
Pada awalnya diberikan taklimat & nasihat kesihatan sambil melakukan ujian SWAB melalui hidung bakal jemaah Haji. Kemudian dicucuknya pula vaksin untuk mengelakkan jangkitan kuman.
Akhirnya disarungkan gelang tangan (seperti dalam gambar) yang boleh mengesan lokasi setiap jemaah sebelum pergi haji lagi untuk pastikan para jemaah ikut SOP kuarantin di rumah sebelum & selepas Haji.
Gelang tangan ini disambungkan terus kepada telefon pintar para jemaah Haji. Telefon pintar tersebut WAJIB sentiasa dibuka Bluetooth, Internet dan juga GPS.
Sebelum doktor pulang pagi semalam, sempat beliau berpesan; “Jangan cuba-cuba nak langgar arahan kuarantin ini. Saya akan perhatikan 25 jam sehari pergerakan awak.”
Haha . Bergurau, tapi pesannya itu jelas nampak keprihatinan beliau tentang kondisi & kesihatan para Dhuyufurrahman bagi memastikan Haji tahun ini berjalan dengan lancar.
Kudos kepada frontliner. You are the best!
Uwais Madinah Labbaikallahumma labbaik!
#MadinahDiHati #MadinahToMekah
Isian rohani buat semua peringkat umur, semoga kita KASHOORGA bersama. Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
‘Isteri tak perlu taat membuta tuli demi syurga.’ Sepatutnya dalam perkahwinan, wanita patut dimuliakan bukan dipijak maruahnya dek kerana dia seorang isteri kepada lelaki.
Ketaatan isteri terhadap suami adalah dalam batasan ketaatan kepada Allah bukan ketaatan membuta tuli hingga mentaati apa saja arahan suami walaupun terpaksa derhaka kepada Allah.
Begitu juga isteri tak perlu taat kepada suami yang sentiasa merendahkan isteri seperti hamba. Ikuti perkongsian Pengamal Undang-undang, Nurul Izzah Zainol ini dan ketahui mengapa wanita tidak peru dilayan sebegitu setelah berkahwin.
Isteri Tak Perlu Taat
Mantera Asiah Firaun
Kalau kita dicederakan orang luar yang bukan suami kita, kita confirm terus ke balai untuk buat report. Kalau boleh hendak humban dalam penjara time itu juga.
Begitu juga, kalau kita ditipu duit ringgit sampai rugi beratus ribu, kita confirm pergi balai buat report kata kena scam. Kita hendak balik duit kita yang hilang.
Membuta Tuli Demi Syurga
Kalau orang luar hina, maki dan aibkan kita, kita bukan main hendak ambil tindakan undang-undang dekat dia. Nak saman fitnah 5 juta kalau boleh!
Sebab apa kita terus nak ambil tindakan undang-undang?
Sebab kita rasa teraniaya dan kita adalah mangsa dan kita mahu hak kita dibela!
Tapi bila pelakunya adalah suami kita.
Yang sepak terajang kita, yang setiap hari men‘sial bodoh’kan kita, yang buat kita muflis, bankrap berhutang keliling pinggang, kita fikir sejuta kali hendak ambil tindakan undang-undang.
Sepatutnya Dalam Perkahwinan
Kita lebih pilih untuk sabar, teruskan bersabar dan bersabar lagi sampai abang jamil mampus. Sebab apa?
Sebab bagi kita itu adalah ujian Allah hendak bagi pahala dekat kita untuk masuk syurga dari mana-mana pintu.
Maruah kena pijak, aib dijaja, badan berbirat tidak apa, sebab yang pelaku itu adalah suami kita, kita tinggal taat sahaja. Suami tu perantara untuk kita terus taat kepada Allah! Jangan lawan, jangan rebel, jangan bermusuh!
Tudia sampai kena pasrah dilayan teruk macam ini demi syurga punya pasal. Tell me. Kenapa ya seburuk ini wanita Islam dilayan dalam rumah tangga?
Kalau masa bujang tak bersuami, dia bebas hendak tuntut hak dia kalau dia dizalimi.
Tiada siapa hendak suruh dia sabar dan galakkan dia ambil tindakan kepada pelaku.
Wanita Patut Dimuliakan
Tapi bila dia berkahwin, kedudukan sebagai wanita yang patut dihormati dan dilindungi jatuh di bawah telapak kaki laki dia.
Hilang hak bersuara, hilang hak untuk dihormati, hilang hak untuk dijaga aib dan maruahnya. Terus jadi powerless.
Kita seolah-olah bagi lesen pula dekat seorang manusia layanlah kita macam apa pun tak apa sebab kita bini dia.
Bukankah sepatutnya dengan perkahwinan kedudukan wanita lebih dimuliakan? Haknya akan lebih terbela kerana ada suami.
Maruahnya akan lebih terjaga kerana ada suami sebagai pelindung. Jika disakiti akan ada sang suami yg akan menuntut bela bagi pihaknya.
Bukan Dipijak
Apatah lagi apabila suaminya adalah pemangsa, yg bertanggungjawab melindungi isterinya, patutnya lagi kena segera dihukum dan diadili. Sebab suami dia sudah ‘abuse the power’.
Again, why in marriage we allow this kind of power abuse? Even this people justify this abuse dengan hujah apa tahu?
“Kita ini isteri contohilah Asiah yang still taat pada firaun suami yang zalim tu. Suami kamu tak tahap firaun lagi kamu sudah minta cerai. Sabarlah!”
Inilah mantera paling toksik yang menyebabkan ramai isteri yang sebenarnya ‘mangsa’ kezaliman suaminya terus stay dalam violence cycle just to be Asiah. No one go and tell the husband stop being the Firaun to Asiah.
Am I right?
Kashoorga: Berlaku sesuatu tak normal, jangan diamkan sebaiknya cuba cari jalan keluar sebelum melarat.
Skop perubatan Islam begitu luas sekali. Apa sahaja ubatan serta prosedur yang mengikut kaedah perubatan yang betul maka ia adalah perubatan yang diizinkan oleh syarak. Ini termasuk prosedur perubatan serta ubatan yang disebutkan Nabi di samping kaedah serta disiplin ilmu perubatan yang lain selagi mana ia tidak bercanggah dengan akidah, syariat dan akhlak Islam.
Perubatan yang digalakkan
Konsep perubatan moden kaedah perubatan dari China, India dan Arab atau kaedah perubatan tradisional bangsa Melayu serta yang lain-lainnya yang berasaskan kaedah yang benar lagi saintifik tanpa melibatkan perkara yang haram, khurafat atau syirik maka ia adalah perubatan yang diizinkan oleh Islam. Jika diyakini sesuatu kaedah boleh membantu ke arah kesembuhan seseorang pesakit, Islam menggalakkan kita untuk memanfaatkannya. Hal ini dapat disimpulkan dengan menganalisis hadis-hadis Nabi berkaitan cara pengubatan yang digalakkan. Baginda sebenarnya menyuruh umat Islam berubat secara umum tanpa mengehadkan atau menyempitkan kepada cara atau kaedah pengubatan tertentu sahaja.
Dalam sebuah hadis yang sahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibn Majah, Nabi bersabda, “Berubatlah wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit, melainkan meletakkan untuknya ubat, kecuali satu penyakit, iaitu tua.”
Baginda juga bersabda, “Bagi setiap penyakit ada ubatnya. Apabila betul ubatnya maka sembuhlah ia dengan izin Allah.” Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim.
Hadis-hadis ini merangsang umat Islam untuk berubat ketika sakit tanpa mengehadkan kepada jenis rawatan atau ubatan tertentu sahaja. Dalam Syarah Sahih Muslim, Imam Nawawi berkata, “Hadis ini mengisyaratkan disunatkan berubat ketika sakit. Inilah mazhab kita (dari aliran mazhab Syafie), juga pegangan kebanyakan ulama salaf dan keseluruhan ulama khalaf. Berkata Qadi ‘Iyadh: Dalam hadis-hadis ini terkandung beberapa ilmu berkaitan agama dan dunia, antaranya ialah, benarnya ilmu perubatan dan diharuskan berubat secara keseluruhannya..”
Justeru merupakan satu kesilapan jika konsep perubatan Islam disempitkan dan dikaitkan dengan kaedah atau cara pengubatan tertentu sahaja seperti aktiviti menghalau jin, membuang saka, pengambilan makanan berpandukan al-Quran dan Sunnah serta menolak kaedah-kaedah pengubatan yang lain. Lebih malang lagi jika kaedah yang dikatakan perubatan Islam itu diamalkan berasaskan sumber riwayat yang tidak sahih serta palsu.
Makanan Sunnah
Sesuatu yang menggelikan hati saya ialah apabila bertemu dengan segelintir pejuang makanan Sunnah. Mereka mengakui sendiri bahawa setiap hari mereka tidak boleh berlekang daripada nasi serta minuman berkafein di samping mengambil makanan Sunnah. Mungkin mereka tidak menyedari bahawa Nabi tidak makan nasi dan minum minuman berkafein seperti mereka.
Walau bagaimanapun mengamalkan sesuatu berdasarkan hadis-hadis sahih yang menceritakan tentang rawatan tertentu dengan menggunakan sebagai contoh habbatus sauda’ (jintan hitam), amalan berbekam, susu unta dan yang seumpamany adalah berasas lagi baik. Namun perlu disedari bahawa para ulama berbeza pendapat tentang sama ada saranan Nabi itu adalah berdasarkan pengalaman serta suasana persekitaran atau berasaskan wahyu. Sebahagian ulama berpendapat hadis-hadis ini adalah berasaskan wahyu. Sebahagian yang lain berpendapat ia adalah berasaskan pengalaman dan persekitaran.
Secara umumnya para ulama hadis cenderung kepada pendapat bahawa hadis-hadis perubatan yang sahih adalah berasaskan wahyu. Ibn al-Qayyim dalam al-Tibb al-Nabawi berpegang dengan pendapat ini.
Golongan kedua seperti Qadi ‘Iyadh dan Ibn Khaldun berpendapat bahawa hadis-hadis perubatan ini bukan berasaskan wahyu sebaliknya berdasarkan pengalaman dan persekitaran baginda ketika itu.
Antara hujah yang digunakan golongan yang berpendapat perubatan Nabi berasaskan pengalaman dan bukannya wahyu ialah hadis sahih berkaitan amalan para sahabat mengahwinkan pokok tamar. Maka Nabi mencadangkan, “Barangkali lebih baik jika kamu tidak melakukannya”. Maka mereka pun tidak melakukannya, lalu pokok tidak berbuah. Lantas para sahabat menceritakan hal tersebut kepada Nabi lalu baginda bersabda, “Aku ini manusia. Apabila aku menyuruh kamu berhubung perkara agama, maka ambillah (patuhlah). Jika aku menyuruh kamu sesuatu daripada pendapatku, maka aku hanyalah seorang manusia”. Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim.
Galakan untuk menyelidik dan mengkaji
Dalam aspek duniawi termasuk dalam aspek pemakanan, umat Islam digalakkan mengkaji dan menyelidik bagi memastikan khasiat yang terdapat dalam sesuatu makanan sebelum memakannya. Demikian juga dengan prosedur dan pendekatan dalam pengubatan, perlu ada kajian serta penyelidikan untuk memastikan keberkesanannya.
Sehubungan dengan ini Imam Muslim meriwayatkan sabda Nabi yang bermaksud, “Kamu lebih tahu berhubung urusan duniamu.” Hadis ini apabila dikaitkan dengan bidang perubatan, mengizinkan para pengamal perubatan dan ahli sains Muslim mengkaji bagi memastikan prosedur dan ubat-ubatan yang lebih sesuai untuk digunakan. Dalam proses itu mereka boleh belajar dan manfaatkan kemahiran yang dimiliki oleh golongan bukan Islam terutamanya dalam usaha untuk menguasai teknologi terkini. Nabi Muhammad pernah mengizinkan golongan kafir daripada tawanan-tawanan Badar mengajar anak-anak orang Islam menulis dan membaca sebelum membebaskan mereka.
Walau bagaimanapun sesuatu penyelidikan hanya diiktiraf oleh Islam apabila ia tidak terbabas daripada dasar-dasar syariat. Sebagai contoh Islam tidak mengiktiraf sebarang kajian yang bertujuan menghalalkan arak dan zina. Sebenarnya umat Islam kaya dengan penyelidikan dan kajian. Sejarah menunjukkan tabib ar-Razi (854 – 925 M) semasa diminta menentukan tempat yang terbaik bagi pembinaan sebuah hospital di Baghdad, menggantung beberapa potong daging di tempat-tempat tertentu. Kawasan yang terpilih akhirnya ialah kawasan yang dagingnya tidak rosak dan reput.
Demikian juga dengan Muhammad ibn Zakariya ar-Razi (854 – 925 M). Beliau adalah orang pertama yang mengkaji dan menulis berhubung penyakit cacar atau smallpox dan campak atau measles. Tulisannya berhubung kedua-dua penyakit ini begitu terperinci sehingga tidak ada tokok tambah dan pembetulan yang perlu dilakukan hingga ke hari ini. Beliau juga merupakan orang pertama yang menggunakan alkohol sebagai bahan antiseptik dan benang sutera bagi menjahit luka.
Semua ini menunjukkan orang Islam terdahulu begitu ke depan dalam bidang penyelidikan dan pembangunan yang berkaitan dengan sains perubatan secara khusus serta ilmu sains secara umumnya.
Isian rohani buat semua peringkat umur, semoga kita KASHOORGA bersama. Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
Puasa ganti tapi awal pagi ada pula kawan nak belanja makan-makan, terus tak jadi puasa.Situasi ini mungkin pernah kita lakukan kerana tidak tahu hukumnya.Sebenarnya...