Berita

Maut Menjemput Usai Jenguk Puterinya Di Sekolah Agama, Kisah Penumpang Lion Air Ini Meruntun Jiwa

Share

Insiden maut, jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 melibatkan penerbangan Jakarta-Tanjung Pinang di perairan utara Karawang, Isnin lalu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga mangsa yang terkorban. Pesawat tersebut hilang dari radar selepas 13 minit memulakan perjalanan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Pesawat yang dikemudi oleh Captain Bhavye Suneja dengan Co-pilot Harvino ini membawa 189 penumpang. Kisah sedih tentunya meninggalkan impak yang paling mencabar bagi keluarga penumpang.

Seperti yang diceritakan oleh pemilik akaun Facebook Desmita Mulyadi, tentang seorang penumpang Lion Air JT 610 yang mengunjungi anaknya di sekolah agama.

Berikut kisahnya :

Salah satu kisah tragedi JT 610 ternyata ada yang paling memilukan, serasa diri saya sendiri yang mengalaminya. Karna hampir tiap bulan saya bolak balik naik Lion dari Batam ke Padang melihat anak yang mondok di pesantren.

Saya penggal dari kisah nyata yang diceritakan Betty Haryuriani dalam tulisannya di KBM,

Tentang seorang ibu yang baru menemui putrinya yang sedang mondok di pesantren untuk menghafal Al-Quran. Kemudian setelah memastikan kabar, seorang guru yang harus menyampaikan berita duka kepada siswanya.

Si guru bertanya. “Kalau kamu meminjam barang, lalu yang punya ingin mengambilnya apakah kamu akan mengembalikannya?” dan si anak menjawab “Saya kembalikan, Bu.”

“Kamu ikhlas?”

“Ikhlas, Bu.”

“Hari ini, Allah mengambil kembali apa yang dipinjamkan ke kamu. Seorang ibu yang begitu baik.”

Sang anak menangis tersedu, mengetahui Ibu yang baru pulang menjenguknya telah diambil oleh yang Maha Kuasa melalui penerbangan Lion menuju Pangkal Pinang.

Bagaimana mungkin saya tidak menangis ketika mengetahui cerita tersebut? Dialah wanita terbaik dalam hidup sang anak. Yang dalam rangka mengunjunginya beliau bertaruh nyawa. Sekaligus menegakkan agama Allah SWT melalui anaknya.

Innalillahiwainailaihi rajiun.

Do’an anak sholeh yang ia didik tidak akan terputus. Sesungguhnya kita semua dalam antrian menuju maut kita masing-masing. Ibunya meninggal dalam jihad fisabilillah. Sementara kita entah dalam rangka apa diambil nyawa kita.

Sumber kredit: Radar Bogor

Published by
wan erni