Muharam datang dan pergi. Dan saban tahun umat Islam menanti kan kehadiran bulan agung ini. Kita telah dibiasakan dengan penganjuran pesta menjelang Tahun Baru pada setiap 1 Januari.
Berbeza kali ini, kita tukar mindset dengan lebih utamakan 1 Muharam bagi permulaan tahun baharu melonjak martabat kita di sisi Allah!
Sebagaimana tahun Masehi, tahun Islam juga mengandungi 12 bulan yang dikenali sebagai Muharram, Safar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jamadil Awal, Jamadil Akhir, Rejab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulkaedah, dan Zulhijjah.
Jumlah bulan demikian ada dijelaskan di dalam Al-Quran, bahwa Allah membahagikan setahun kepada 12 bulan. Di dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 36 disebutkan, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan dalam ketetapan Allah.”
Dari 12 bulan tersebut, Allah juga menjadikan sebahagian bulan lebih utama daripada sebahagian yang lain. Sebagaimana firmannya, “Di antaranya ada empat bulan yang haram, itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan empat itu.” (At-Taubah:36).
Artikel berkaitan:Rasulullah Beri Pesanan Puasa Asyura Di Bulan Muharam Akan Hapuskan Dosa Setahun Yang Lalu
Artikel berkaitan:Diampunkan Dosa 1 Tahun Lalu 1 Tahun Akan Datang, Ini Kelebihannya Berpuasa Sunat Arafah Esok
Kalender Hijah ini diawali dengan bulan Muharam sebagai bulan pertama. Dengan bulan ini, Allah membuka setiap tahun sesuai sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan haram (bulan Muharam) dan mengakhirinya pula dengan bulan Haram (bulan Zulhijjah). Maka tiada bulan dalam satu tahun lebih agung di sisi Allah setelah bulan Ramadhan daripada bulan Muharam.”
Dengan demikian, bulan Muharam memiliki keutamaan luar biasa bagi kaum Muslimin karena termasuk dari Arba’atun hurum (empat bulan yang diharamkan) dan bulan yang dimuliakan Allah. Dalam bahasa Arab, kata ‘Muharam’ memiliki makna ‘yang diharamkan’. Sebab, di bulan ini dahulu bangsa Arab sepakat untuk mengharamkan peperangan.
Kerana keutamaannya itulah, ada beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Muharam. Berikut beberapa amalan yang disunnahkan di bulan Muharam, seperti diambil dari buku berjudul “Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriyah” karya Siti Zamratus Sa’adah:
“Puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharam.”(Al-Baihaqi)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dari Ali RA, berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, bulan apakah yang layak untuk aku berpuasa setelah bulan Ramadhan?”
Rasulullah menjawab, “Jika kamu ingin berpuasa selama sebulan selain di bulan Ramadhan, maka berpuasalah di bulan Allah Muharam. Sesungguhnya itu adalah bulan Allah, di sana terdapat suatu hari yang Allah memberi pengampunan kepada sebuah kaum dan juga memberikan pengampunan bagi kaum yang lain.” (HR. Al-Baihaqi)
Hari pertama di bulan Muharam adalah awal tahun. Kerana itu, dianjurkan untuk berpuasa di hari pertama bulan Muharam dan juga berpuasa sehari sebelumnya (akhir tahun).
Hal ini menunjukkan bahwa seorang Mukmin mengawali sesuatu dan mengakhirinya dengan kebaikan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan, bahwa Hafshah meriwayatkan suatu hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Barangsiapa berpuasa di hari terakhir dari bulan ZulhijJah dan juga hari pertama dari bulan Muharam, maka Allah akan menjadikannya sebagai penghapus atas dosa selama lima puluh tahun, dan puasa sehari di bulan Muharam sebagai penghapus atas dosa selama tiga puluh hari.”
Selanjutnya, pendapat mengatakan dianjurkan untuk berpuasa selama tiga hari di bulan Muharam. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa tiga hari di bulan Haram, yakni hari Khamis, Jumaat, dan Sabtu, maka Allah akan mencatat untuknya sebagai ibadah selama tujuh ratus tahun.” Namun, hadis ini masuk dalam kategori hadis lemah.
Sebahagian ulama mengatakan, bahwa bulan Muharam yang paling utama adalah sepuluh hari pertama dari bulan itu. Di bulan Muharam ini, hari yang sangat dianjurkan untuk berpuasa ialah pada hari Asyura (hari kesepuluh dari bulan Muharam).
Hari Asyura memiliki keutamaan yang sangat besar dan kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Sebab, di dalamnya terjadi berbagai kejadian bersejarah yang sangat penting dalam Islam. Salah satu hadis yang menyebutkan keutamaannya ialah hadis dari Ibnu Abbas.
Ia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW sangat bersemangat untuk berpuasa di suatu hari, kecuali di hari ini (hari Asyura) dan di bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda,“Berpuasalah kalian di hari Asyura dan bezakanlah dengan Yahudi dengan berpuasa sehari sebelumnya atau sesudahnya.” (Al-Baihaqi)
Bersedekah atau menyenangkan keluarga
Selain berpuasa, umat Muslim juga disunnahkan untuk memperbanyak sedekah dan menyenangkan atau memuliakan keluarga. Dalam sebuah hadis dari Abi Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyenangkan keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan memberikan kesenangan kepadanya (meluaskan rizkinya) di tahun-tahun berikutnya.” (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani)
Dalam hadis lain dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa di hari Asyura, maka seakan-akan berpuasa selama setahun, dan barangsiapa bersedekah di hari ini, maka seakan-akan bersedekah selama satu tahun.”
Dalam hadis lain, Jabir bin Abdullah ra, mengatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melapangkan keperluan orang lain pada hari Asyura, Allah akan melapangkan untuknya sepanjang tahun itu.”
Bertaubat kepada Allah dan memperbanyak amal soleh
Di hari Asyura, dianjurkan untuk memperbaharui taubat serta kembali kepada Allah. Meskipun, umat Islam sebenarnya dapat bertaubat bila-bila pun. Sebab di hari Asyura, seperti yang telah disebutkan dalam sebuah hadis, terdapat hari di mana Allah memberikan pengampunan kepada sebuah kaum di bulan Muharam.
Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Abin bin Amr tentang puasa Asyura. Dia barkata: Pada bulan Muharam ada hari ketika Adam diberi keampunan. Bila engkau mampu, berpuasalah pada hari itu.” Hal senada dikuatkan oleh Abu Ishaq, yang mengatakan bahawa jika suatu kaum berbuat dosa, lalu mereka bertaubat pada hari itu, maka taubat mereka diterima.
Sumber artikel:republika.co.id