Sesungguhnya, manusia itu hanya akan diuji sesuai mengikut kemampuannya. Sehebat mana pun sesuatu ujian itu, sesukar mana pun ia di mata kita, percayalah, bahawa kita sebenarnya mampu untuk menghadapinya.
Sebagaimana janji Allah S.W.T dalam surah Al-Baqarah,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
[Surah Al-Baqarah, 2: 286]
Satu kebakaran besar yang berlaku malam tadi di Jalan Permatang Badak Perdana 2, Kuantan di sini jam 3 pagi mengakibatkan seorang kanak-kanak lelaki dikenali sebagai Aish berusia dua tahun meninggal dunia selepas gagal diselamatkan dalam api marak.
Apa yang menyedihkan akan kejadian di penghujung Ramadan ini, tular di media sosial jeritan meminta tolong dari ibu arwah yang meminta suami menyelamatkan anak sulung mereka itu.
“Abang, anak..anak..anak dalam rumah dan kemudian terdengar raungan suami sambil menyebut Allahuakbar.
Ternyata ramai yang sebak dan dapat membayangkan jika mereka berada di situasi yang sama, bagaimana rasa panik dan masa yang sama mahu memastikan seluruh ahli keluarga selamat dalam ujian ini. Namun ujian Allah ini cukup besar buat hambanya.
Difahamkan pasangan suami isteri ini berniaga makanan di stadium.
Dalam pada itu, orang ramai memaklumkan mendengar dua letupan kuat yang menggegarkan kawasan berkenaan.
Memetik Harian Metro, peniaga kedai makan, Faridah Mamat, 56, berkata dia sedang memasak untuk persediaan bersahur ketika kejadian berlaku kira-kira 3 pagi itu.
“Pada awalnya saya terdengar satu letupan dan disusuli letupan kedua yang menyebabkan berlaku kebakaran. Letupan pertama saya tidak melihat api, tetapi mula ternampak api sebaik berlaku letupan kedua.
“Ketika itu api marak dan saya serta jiran lain tidak dapat berbuat apa-apa,” katanya ketika ditemui di rumahnya yang terletak berhampiran lokasi kejadian.
Penolong Pengarah Operasi Jabatan Bomba dan Penyelamat Malaysia (JBPM) Pahang, Ismail Abdul Ghani berkata, pihaknya menerima panggilan kecemasan pada 3.15 pagi. Sebuah rumah hangus 100 peratus sementara sebuah lagi 90 peratus terbakar. Selain kanak-kanak itu rentung, seorang lelaki dewasa melecur 50 peratus dan seorang lagi cedera ringan. Foto: BERNAMA
https://www.tiktok.com/@alannasofea/video/7091454031700200730?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=6973624686812366338
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
Dahsyatnya Kelebihan Bersedekah Di Bulan Ramadan, Ganjaran Besar Menanti Bila #SyukurBersama Dinikmati Golongan Memerlukan
Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini.
Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan.
Insan yang menyedari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.
Mukmin Sejati Itu Dermawan
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah.
Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah.
Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:
إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)
Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati.
Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)
Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus.
Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat.
Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.
Oleh kerana itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama.
Iaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.
Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya.
Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)
2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain.
Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.
SUMBER: JABATAN MUFTI NEGERI KEDAH
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
Bolehkah Niat Puasa Enam Dan Puasa Ganti Dibuat Secara Serentak. Ini Penjelasan Lengkap Elak Keliru!
Ramadan telah pun berlalu. Selepas puas berhari raya ramai yang mengambil peluang menambah pahala dengan melakukan puasa enam.
Tak kurang juga yang mula menqadhakan puasa (ganti) disebabkan uzur syarie. Persoalannya bolehkan niat puasa qadha dilakukan ecara serentak dengan puasa serentak.
SOALAN:
Bolehkah saya berniat puasa qada (ganti) dan puasa enam dibulan Syawal secara serentak (dua dalam satu (puasa ganti dan puasa enam).
JAWAPAN:
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa.
(Surah al-Baqarah:183)
BERBUKA PUASA DI BULAN RAMADAN TANPA ADA SEBARANG KEUZURAN
Sesiapa yang berbuka puasa pada bulan Ramadan tanpa sebarang keuzuran wajib ke atasnya menqadhakannya serta merta selepas tamatnya Ramadan dan selepas selesai hari raya yang pertama. Seseorang itu tidak boleh mendahulukan puasa sunat enam pada bulan Syawal kemudian diekori dengan puasa qadha.
Adapun sekiranya dia tidak berpuasa pada bulan Ramadan kerana ada keuzuran (yang dibenarkan syarak) maka harus baginya mendahulukan puasa enam pada bulan Syawal daripada puasa qadha kerana qada waktu puasa qadha adalah muwassa` (luas).
Imam as-Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani Rahimahullahu Taala menyebut: “ (Dan demikian lagi) orang yang tiada puasa dengan uzur sunat dia berpuasa enam hari sunat Syawal melainkan orang yang berbuka puasa Ramadan dengan tiada uzur maka wajib ke atasnya menyegerakan menqada Ramadan kerana makruh mengerjakan sunat orang yang ada padanya qada Ramadan dengan tiada uzur maka wajib menyegerakan qada dahulu.” (Rujuk Kitab Bughyah at- Tullab, hlm. 128)
ISU MENGGABUNGKAN DUA IBADAT DENGAN SATU NIAT
Masalah ini dikenali di sisi para ulama sebagai masalah tasyrik (mengabungkan dua ibadat dengan menggunakan satu niat) hukumnya :
Sekiranya ia adalah termasuk dalam wasilah atau perkara yang bercampur maka hukumnya sah. Terhasil apa yang dihajatinya daripada kedua ibadat tersebut. Misalnya, jika seseorang itu mandi junub pada Hari Jumaat untuk melakukan Jumaat dan juga mengangkat junub, sesungguhnya junubnya terangkat dan pahala mandi Jumaat tersebut pun terhasil.
Walaupun salah satu daripada dua ibadat tersebut tidak diniatkan manakala yang lain pula diniatkan dengan zatnya maka sah himpunan atau gabungan tersebut dan tidak mencederakan ibadat tersebut misalnya solat tahiyyah masjid dilakukan berserta solat fardhu atau solat sunat yang lain.

Adapun menghimpunkan atau gabung di antara dua ibadat yang diniatkan dengan zatnya seperti puasa qadha atau kaffarah, atau nazar berserta puasa sunat seperti puasa sunat 6 hari pada bulan Syawal maka tidak sah tasyrik tersebut mengikut pendapat yang muktamad kerana setiap ibadat itu berasingan daripada ibadat lain yang diniatkan dengan zatnya dan tidak pula berada di bawah ibadah yang lain.
Persoalannya, adakah berpuasa dengan niat qadha bulan Ramadan dan niat puasa 6 pada bulan Syawal yang digabungkan sah keduanya? Atau salah satu sahaja sah? Jika dibuat secara ithlaq (Umum) berhasil keduanya atau salah satu sahaja?
GABUNG NIAT PUASA QADHA RAMADAN DAN PUASA ENAM SYAWAL
Fuqaha dalam Mazhab Syafie berselisih pendapat tentang isu menggabungkan niat di antara puasa qadha Ramadan dan puasa sunat enam hari pada bulan Syawal.
Syaikul Islam Zakaria al-Ansari Rahimahullahu Taala:
“Jika seseorang berpuasa pada Bulan Syawal untuk qadha bagi puasa Ramadan, atau selainnya sama ada puasa nazar atau puasa sunat lain maka terhasil pahala sunatnya. Kerana topik perbincangannya adalah tentang puasa pada 6 hari daripada bulan Syawal…tetapi dia tidak akan memperolehi pahala yang sempurna sebagaimana yang diinginkannya melainkan dengan hanya dia berniat puasa khusus untuk 6 hari pada bulan Syawal sahaja.
Terutamanya orang yang telah luput daripadanya puasa Ramadan kerana tidak sesuai dia berpuasa Ramadan dan seterusnya berpuasa 6 hari di bulan syawal” (Rujuk Kitab Syarqawi ‘ala al-Tahrir)
Imam Ramli Rahimahullahu Taala menyebut bahawa dia pernah ditanya tentang puasa Ramadan dan qadha di bulan Syawal, adakah berhasil qadha puasa Ramadan dan pahala puasa 6 hari pada bulan Syawal, ada ke tidak dalam masalah ini sebarang nukilan?
Imam Ramli Rahimahullahu Taala menjawab: “Bahawa berhasil puasa qadha Ramadannya walaupun dia gabung niat puasa qadha Ramadannya dengan puasa yang lain. Dan berhasil pahala puasa 6 hari pada bulan Syawal. Masalah ini disebut oleh ramai ulama terkemudian (mutaakhirin).” (Rujuk Fatawa Imam Ramli, 2/339)
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Rahimahullahu Taala dalam mengenai orang yang berniat puasa sunat bersama puasa wajib: “Jika diniatkan keduanya (puasa sunat dan pusat wajib), dia mendapat ganjaran bagi kedua-duanya atau diniatkan salah satu maka gugur tuntutan yang satu lagi dan tidak mendapat ganjarannya.” (Rujuk Kitab Al-Fatwa Al-Kubra, 2/75)
Sebahagian ulama menyebut sah seseorang itu melakukan qadha puasa bulan Ramadan bersama puasa sunat enam Syawal dan terhasil pahala puasa sunat yang dilakukan di dalam bulan Syawal tersebut.
Hal ini kerana diqiyaskan dengan seseorang yang memasuki masjid kemudian solat 2 rakaat fardu atau solat sunat rawatib (mengiringi solat fardu) maka terhasil sekali baginya pahala solat sunat Tahiyyatul Masjid kerana ia melakukan solat berkenaan sebelum ia duduk.
Imam Sulaiman al-Bujairimi Rahimahullahu Taala berkata: “Terhasil pahala solat sunat Tahiyyatul Masjid dengan melakukan solat fardhu atau sunat yang lainnya, sama ada diniatkan atau tidak solat sunat Tahiyyatul Masjid tersebut. Hal ini berdasarkan hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
“Apabila masuk salah seorang dari kamu ke dalam masjid hendaklah ia solat dua rakaat sebelum ia duduk” dan kerana itu juga maksud solat sebelum duduk yang disebutkan dalam hadis telah terhasil dengan melakukan solat Fardhu atau solat sunat yang lain. (Rujuk Kitab Hasyiah al-Bujairimi 1/280)
Begitu juga nas yang hampir serupa dikatakan Syeikh Islam Zakaria Al-Ansori Rahimahullahu Taala: Terhasilnya solat sunat dua rakaat atau lebih (yang dimaksudkan dengan adalah hasilnya pahala solat walaupun bersama dengannya solat fardhu atau solat sunat yang lain) sama ada diniatkan sekali ataupun tidak.
Ia berdasarkan hadis Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumahullahu Taala “ Apabila masuk seseorang daripada kamu ke dalam masjid maka janganlah ia duduk sehingga ia solat dua rakaat”. ” dan kerana itu juga maksud solat sebelum duduk yang disebutkan dalam hadis telah terhasil dengan melakukan solat Fardhu atau solat sunat yang lain (Rujuk Kitab Fathul Wahab Syarah Manhajul Tullab 1/67)
Imam ar-Ramli Rahimahullahu Taala telah berkata: “Dan sekiranya berpuasa pada bulan Syawal, puasa qadha, nazar atau selain daripada keduanya atau seumpama dengannya, seperti berpuasa pada hari Asyura maka telah dapat pahala puasa sunat itu baginya, seperti yang telah difatwakan oleh bapanya (bapa kepada Imam ar-Ramli), begitu juga oleh al-Barizi, al-Asfahuni, A-Nasyizi, al-Faqih Ali Soleh al-Hadrami dan selainnya tetapi ia tidaklah mendapat pahala yang sempurna ke atas yang dituntut.
” Begitulah sama hukumnya puasa Ramadhan dengan puasa sunat enam Syawal. (Rujuk kitab Nihayah al-Muhtaaj, 3/208-209)
Imam as-Suyuti Rahimahullahu Taala berkata : “Sekiranya seseorang berpuasa sunat misalnya pada hari Arafah, qadha atau nazar atau kafarah, dan diniatkan puasa-puasa tersebut bersama dengan niat puasa sunat hari Arafah, maka al-Barizi telah memberi fatwa bahawa sah puasa dan terhasil pahala untuk kedua-duanya.
Begitu juga halnya jika dia ithlaqkan (sahaja aku berpuasa) maka masalah tersebut mengikut masalah solat tahiyyah Masjid. ” (Rujuk kitab Ashbah Wan Nazoir, hlm. 61)
Dalam Syarah al-Tanbih karangan al-Hafiz al-Suyuti Rahimahullahu Taala, daripada fatawa al-Baarizi Rahimahullahu Taala, beliau mengatakan : Sekiranya seseorang berpuasa sunat misalnya pada hari Arafah, qadha atau nazar atau kafarah, dan diniatkan puasa-puasa tersebut bersama dengan niat puasa sunat hari Arafah terhasih keduanya (sah keduanya), begitu juga jika dia ithlaqkan (sahaja aku berpuasa).
Tetapi al-Isnawi menyebut perkara ini tertolak dan qiyas yang dilakukan tidak sah dalam menggambarkan perkongsian satu daripada keduanya. Disisinya apa yang terhasil adalah yang fardhu sahaja dalam gambaran ithlaq”
Walaupun begitu, perlulah diambil perhatian, maksud terhasilnya pahala puasa sunat enam Syawal apabila dimasukkan sekali dengan puasa fardhu adalah pahala semata-mata pahala sunat bukannya pahala yang sempurna.
KESIMPULAN
Kesimpulannya, mengikut pendapat yang muktamad, afdhal seseorang itu menjadikan puasa qadha berasingan dengan puasa 6 pada bulan syawal. Namun begitu, menyatukan puasa qadha dengan puasa enam itu tetap diharuskan dan mendapat ganjaran pahala kedua-duanya mengikut pendapat yang dhaif.
Namun begitu, menyegerakan qadha puasa itu adalah sikap yang terpuji dan dituntut oleh syarak terutama kepada sesiapa yang meninggalkan puasa tanpa uzur yang dibenarkan syarak. Semoga kita termasuk bersama-sama dengan orang bertaqwa.
Sumber Kredit: Mufti Wilayah Persekutuan
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI
Simpati Remaja Curi Tabung Dimalukan, Kurang Berapa Jam Dilancarkan Wang RM4000 Denda Mahkamah Berjaya Dikutip
Kita semua tidak sempurna. Ada melakukan aib dan kesalahan namun Allah masih menutupnya hingga hari ini.
Bahkan Allah mencampakkan rasa malu dalam diri manusia untuk tidak menceritakan kepada orang lain. Hanya di antara kita dan Allah sahaja.
Malah, Allah melarang kita menceritakan aib kita sendiri. Baginda Rasulullah sendiri telah mengingatkan manusia supaya jangan berbangga dengan dosa yang dilakukan.
Sabda Baginda Rasulullah: Setiap daripada umatku diampunkan melainkan golongan mujahirin. Antara perbuatan mujaharah ialah di mana seorang lelaki melakukan satu amalan pada waktu malam kemudian dia bangun pada waktu pagi dalam keadaan Allah telah menutup apa yang dilakukannya pada waktu malam. Lalu dia berkata: Wahai fulan, semalam aku telah melakukan perbuatan ini dan perbuatan itu. Sesungguhnya dia tidur dalam keadaan Allah menutup aib yang telah dia lakukan lalu dia bangun pagi dan mendedahkan apa yang Allah tutup darinya. – [HR Bukhari 6069].
Namun hari ini media sosial menjadi “mahkamah dunia” kerana segala isi laku kesalahan dipaparkan walau bukan dengan kerelaan orang dimalukan. Walau bukan semua menyukai tindakan begini, namun tidak semua bersetuju dengan apa yang berlaku.
Semalam, mahkamah menjatuhkan hukuman penjara 10 hari dan denda RM4000 kepada remaja berusia 19 tahun, Daniel Iskandar, selepas tertuduh mengaku bersalah atas pertuduhan yang disabitkan ke atasnya iaitu mencuri tabung masjid di Masjid Al Islahiah, Kuang, Rawang dan kemudian menyorokkannya di bilik mandi jenazah.
Mahkamah turut memerintahkan hukuman penjara itu bermula dari tarikh tertuduh ditangkap pada 9 Januari lalu dan sekiranya tertuduh gagal membayar jumlah denda tersebut dia boleh dipenjara selama lima bulan.
- BACA SINI:- DIMALUKAN KERANA CURI TABUNG MASJID, PERKONGSIAN PENDAKWAH DATO DR ABDUL BASIT WAJAR JADI PENGAJARAN
Memetik laporan Bernama, peguam pro bono (tanpa bayaran dan sukarela), Azman Abdullah telah tampil memohon hukuman berbentuk pengajaran kepadanya dengan alasan kesalahan berkenaan adalah kali pertama dilakukan dan anak guamnya yang juga sudah insaf.
Dia memaklumkan “anak guam saya memohon maaf kepada mahkamah dan pihak masjid. Alasan dia (cuba mencuri) kerana dia perlukan duit untuk membeli ubat datuknya yang menghidap penyakit kencing manis. Dia cuba meminta kepada orang tetapi mereka tidak boleh tolong.”
“Anak guam saya merupakan anak sulung daripada tiga adik-beradik dan ibu bapanya telah bercerai sejak dia berusia lapan tahun. Dia tinggal bersama datuknya berusia 70-an dan kehidupan mereka bukan senang. Makan dan minum juga daripada sedekah jiran-jiran,” katanya.
Pengguna twitter lancar tabung bantu remaja
Di sebalik menyedari remaja ini wajar diberi peluang kedua dan bersimpati dengan keadaan dilalui oleh remaja ini, seorang pengguna twitter Tashny Sukumaran @tashny bertindak pantas melancarkan tabung kutipan bagi membayar denda mahkamah tersebut.
Dan ternyata dalam beberapa jam selepas ia dilancarkan jumlah RM4000 berjaya diperoleh tepat jam 12.27 am untuk diserahkan kepada peguam remaja berkenaan. Bahkan menurutnya, lebihan wang dari kutipan ini akan diberikan terus kepada remaja berkenaan selepas dirinya dibebaskan kelak untuk meneruskan kehidupan.
Semoga peluang kedua diberi buat remaja ini terus istiqomah dengan kehidupannya yang masih panjang. Dan jangan sesekali kita menyebarkan aib orang kerana kita nampak baik sebab Allah tutup aib kita.
Insya-Allah, kita download seeNI sekarang ya?
KLIK DI SEENI